Carousel

Kamis, 24 April 2025

Buku: Sejarah Pendidikan Islam

Book Review

Penulis:

1. Dr. Noer Rohmah, M.Pd.I.

2. Dr. Agus Salim Salabi, M.A.

Halaman:

x, 200 hlm, Uk: 14.2x20 cm

ISBN: 978-623-89766-7-6

Diterbitkan dan ditetak pertama kali oleh Jakad Media Publishing

Cetakan: Maret 2025

Buku Sejarah Pendidikan Islam ini hadir dengan kekuatan yang menonjol, baik dari segi sistematika penulisan maupun kedalaman substansi. Penulis menyusun buku ini dalam sembilan bagian besar yang disusun secara kronologis dan tematik, mulai dari masa Nabi Muhammad SAW hingga era modern pascakemerdekaan, termasuk dinamika pendidikan di lingkungan pesantren. Struktur pembahasan yang sistematis dan menyeluruh menjadikan alur isi buku mudah diikuti oleh pembaca, baik dari kalangan akademisi maupun praktisi pendidikan.

Salah satu kekuatan utama buku ini terletak pada penggabungan narasi historis dan teologis yang seimbang. Fakta-fakta sejarah, tokoh-tokoh penting, serta institusi pendidikan Islam disajikan secara mendalam, disertai dengan penguatan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan kutipan para ulama klasik. Hal ini menjadikan isi buku tidak hanya informatif secara historis, tetapi juga kaya secara spiritual dan keislaman.

Cakupan materi yang disajikan pun sangat luas, meliputi aspek sosial-politik, lembaga-lembaga pendidikan Islam, metode pembelajaran, kurikulum, serta pemikiran tokoh-tokoh pembaruan dari berbagai periode. Menariknya, penulis juga memberikan perhatian yang proporsional terhadap konteks lokal, khususnya perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Bahasa yang digunakan relatif jelas, akademis, dan menggunakan gaya deskriptif-analitis yang cocok untuk buku ajar atau referensi bagi mahasiswa dan dosen di bidang studi pendidikan Islam.

"Temukan Jejak Gemilang Pendidikan Islam dari Zaman Nabi hingga Era Modern dalam Satu Buku Komprehensif"

Buku Sejarah Pendidikan Islam karya Dr. Noer Rohmah, M.Pd.I. dan Dr. Agus Salim Salabi, M.A. merupakan referensi penting bagi siapa saja yang ingin memahami dinamika pendidikan Islam dari masa ke masa. Disusun secara kronologis dan tematik dalam sembilan bab utama, buku ini membawa pembaca menelusuri perjalanan pendidikan Islam—dari masa Nabi Muhammad SAW, era Khulafaur Rasyidin, kejayaan peradaban Islam, hingga perkembangan pendidikan di pesantren dan era kemerdekaan Indonesia.

Tidak hanya menyajikan data sejarah, buku ini juga menghadirkan narasi teologis yang memperkaya makna. Ayat-ayat Al-Qur’an dan kutipan dari para ulama besar disandingkan dengan catatan historis, menciptakan nuansa akademik yang bernapas spiritual. Cakupan materinya sangat luas, mencakup aspek sosial, politik, lembaga pendidikan, metode pengajaran, kurikulum, serta pemikiran tokoh-tokoh pembaharu dalam Islam, baik di dunia Islam secara global maupun dalam konteks lokal Indonesia.

Gaya penulisan yang deskriptif dan analitis membuat buku ini mudah dipahami sekaligus sarat dengan pemikiran reflektif. Sangat cocok digunakan sebagai buku ajar untuk mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam, baik di jenjang S-1, maupun S-2. Bagi dosen dan pengampu mata kuliah terkait, buku ini menjadi sumber yang kaya untuk membangun diskusi ilmiah di kelas. Sementara bagi mahasiswa, buku ini akan menjadi teman belajar yang membuka cakrawala baru tentang akar dan arah pendidikan Islam. (Admin)

Dengan penerbitan dalam format e-book, buku ini dapat diakses/disitasi melalui platform Google Book kapan saja dan di mana saja.

🎓 Mari jadikan buku Sejarah Pendidikan Islam ini sebagai rujukan utama untuk memperkaya wacana dan memperkuat fondasi keilmuan pendidikan Islam kita!

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Sabtu, 12 April 2025

Dosen IAIN Lhokseumawe dan UIM Gagas Program TEN: Mahasiswa sebagai Agen Perubahan di Madrasah


Rangkang Belajar | Lhokseumawe – Kolaborasi dosen lintas institusi dari IAIN Lhokseumawe dan Universitas Islam Madura (UIM) kembali menunjukkan kiprahnya dalam pengabdian kepada masyarakat berbasis penelitian. Program yang diusung bertajuk "Mahasiswa sebagai Agen Perubahan: Implementasi Program Tutor English Network (TEN) pada Sekolah Menengah – Implikasi Pengabdian Masyarakat Berbasis Lembaga Pendidikan" berhasil menciptakan dampak transformatif, baik bagi mahasiswa maupun siswa madrasah.

Tim peneliti terdiri dari Dr. Nurul Fadhillah, M.Hum. (IAIN Lhokseumawe), Dr. Ummu Kulsum, M.Pd.I. (Universitas Islam Madura), Fadhlur Rahman, M.AppLing. (IAIN Lhokseumawe), serta Rizka Ananda (mahasiswa Prodi Bahasa Inggris IAIN Lhokeumawe), menggagas Program TEN sebagai respon atas tantangan rendahnya kualitas pembelajaran Bahasa Inggris di madrasah. Kegiatan ini dilaksanakan di dua lokasi utama: Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Aceh Utara (IAIN Lhokseumawe) dan Madrasah Aliyah Miftahul Qulub Pamekasan (UIM).

Program TEN: Jembatan antara Akademik dan Realitas Sekolah
Program Tutor English Network (TEN) dirancang dengan pendekatan Service Learning, yang mengintegrasikan pembelajaran akademik dengan pengabdian sosial. Mahasiswa tidak hanya mempraktikkan teori, tetapi juga berinteraksi langsung dengan siswa dalam lingkungan pendidikan yang nyata. Tahapan program meliputi pemetaan kebutuhan siswa, seleksi tutor mahasiswa, pelatihan intensif, penyusunan modul ajar, hingga implementasi di madrasah mitra.

Dalam pelaksanaannya, mahasiswa mengajar dalam kelompok kecil dengan pendekatan tematik dan melakukan evaluasi pembelajaran melalui pre-test dan post-test. Interaksi yang intensif menciptakan hubungan belajar yang bermakna, serta meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam berbahasa Inggris.

Dampak Program: Transformasi Ganda pada Siswa dan Mahasiswa
Hasil kegiatan menunjukkan dampak signifikan, baik pada siswa maupun mahasiswa. Siswa mengalami peningkatan minat dan partisipasi dalam pembelajaran Bahasa Inggris, sementara mahasiswa mengalami pertumbuhan dalam keterampilan pedagogis dan refleksi profesional.

“Meski hasil post-test menunjukkan tingkat penguasaan sekitar 42%, perubahan sikap belajar dan keberanian siswa dalam berbahasa sudah merupakan pencapaian penting,” jelas Dr. Nurul Fadhillah.

Sementara itu, mahasiswa yang terlibat mengakui bahwa pengalaman ini memperluas wawasan mereka tentang pengajaran dan pengabdian. Melalui sesi refleksi mingguan, para tutor muda ini dilatih untuk mengembangkan empati, kepemimpinan, dan rasa tanggung jawab sosial.

Kolaborasi Lintas Disiplin dan Harapan Keberlanjutan
Program TEN juga menjadi ajang sinergi antarprodi. Mahasiswa dari Prodi Pendidikan Agama Islam turut mendampingi mahasiswa Tadris Bahasa Inggris dalam mengajar, menciptakan ruang kolaborasi yang inklusif dan interdisipliner. Kegiatan ini diperkuat oleh kerja sama resmi antara prodi dan madrasah mitra melalui MoU dan MoA, membuka jalan bagi keberlanjutan program ke depan.

Pihak madrasah pun menyambut baik kegiatan ini dan bahkan mengusulkan agar Program TEN dijadikan kegiatan ekstrakurikuler resmi. Beberapa siswa menunjukkan antusiasme untuk melanjutkan pembelajaran di pusat bahasa yang dibentuk sekolah sebagai tindak lanjut dari program ini.

Menjadi Model Praktik Baik Pengabdian Berbasis Pendidikan
Program TEN menjadi bukti nyata bahwa pengabdian masyarakat dapat dilaksanakan secara kontekstual dan berdampak. Selain menyentuh aspek kognitif siswa, kegiatan ini juga memperkuat relasi emosional dan sosial dalam pendidikan. Mahasiswa sebagai agen perubahan memperoleh pengalaman belajar yang aplikatif, reflektif, dan bermakna sesuai semangat Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM).

Ke depan, tim berharap program ini dapat direplikasi di berbagai wilayah, diperluas cakupannya, serta didukung pemanfaatan teknologi digital sebagai media belajar yang efektif. “Program TEN adalah langkah kecil menuju perubahan besar. Mahasiswa bukan hanya belajar, mereka juga menginspirasi,” tutup Fadhlur Rahman, M.AppLing., salah satu inisiator program. (Admin)



Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:
Cloud Hosting Indonesia

Sabtu, 05 April 2025

Dari Swafoto ke Sitasi: Saatnya Mahasiswa Membangun Branding Akademik di Era Digital

"Dunia digital bukan hanya tempat untuk dilihat—tetapi untuk memberi dampak. Mahasiswa dan pelajar lainnya bukan hanya pengguna, tapi bisa menjadi pencipta arus. Kelak, bukan wajah kita yang dikenang publik, melainkan karya kita yang berbicara panjang setelah kita diam"

Di era digital yang semakin tak terelakkan, media sosial dan dunia maya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari para pembelajar. Namun sayangnya, ruang digital yang begitu luas itu justru lebih banyak dipenuhi oleh aktivitas personal dan ekspresi narsistik, seperti swafoto dan unggahan yang cenderung minim nilai edukatif. Tak sedikit mahasiswa yang menguasai algoritma media sosial, tetapi belum menguasai ruang-ruang sitasi akademik.

Pertanyaannya, mengapa ruang digital yang begitu besar tidak kita manfaatkan untuk membangun citra akademik kita sebagai pembelajar? Sudah saatnya kita menggeser arah: dari sekadar eksis menjadi produktif, dari hanya membagikan aktivitas harian menjadi membagikan pencapaian ilmiah. Dari hanya memikat “likes”, menuju meraih pengakuan ilmiah dan kolaborasi intelektual.

Pembelajar dan Branding Akademik: Sebuah Keniscayaan

Era digital tidak hanya menuntut mahasiswa untuk cerdas, tetapi juga mampu membangun identitas dan eksistensi akademik secara daring. Dunia sedang berubah. Portofolio ilmiah digital kini lebih berbobot dibanding sekadar CV yang diketik rapi. Dunia akademik kini menilai bukan hanya dari ijazah, tapi dari jejak digital—termasuk publikasi, kolaborasi, dan keterlibatan dalam diskusi ilmiah daring.

Branding akademik bukan berarti pamer, melainkan memperlihatkan karya agar bermanfaat bagi orang lain. Ini adalah cara untuk menyebarkan ilmu, menunjukkan kompetensi, dan membuka peluang kolaborasi lintas kampus bahkan negara.

Platform Akademik: Panggung Baru Pembelajar

Beruntung, dunia digital menyediakan banyak ruang dan alat untuk membangun jejak akademik. Beberapa platform yang bisa digunakan antara lain:

1. Google Scholar; Platform ini memungkinkan mahasiswa mempublikasikan makalah, skripsi, hingga jurnal yang dapat diakses secara luas dan gratis. Tak hanya itu, Google Scholar menyediakan data sitasi dan indeks pengaruh dari karya yang dipublikasikan.

2. ResearchGate; Dengan nuansa mirip jejaring sosial, ResearchGate cocok untuk mahasiswa yang ingin aktif dalam diskusi dan interaksi dengan akademisi global. Fitur unggah karya, statistik pembaca, serta forum tanya-jawab membuat platform ini sangat hidup.

3. Academia.edu; Platform ini cocok untuk menjangkau khalayak luas. Mudah digunakan, sering muncul di hasil pencarian Google, serta menyajikan statistik pembaca dan penyebaran karya.

Tampil Beda, Karena Ilmu Butuh Disuarakan

Dalam Islam, menyampaikan ilmu bukan hanya anjuran, tetapi kewajiban moral dan spiritual. Nabi Muhammad ﷺ bersabda: "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat." (HR. Bukhari)

Hadis ini menjadi dasar penting bahwa setiap insan berilmu, tak terkecuali mahasiswa, memiliki kewajiban menyampaikan ilmu yang dimiliki, sekecil apapun. Di era digital, menyuarakan ilmu di platform daring menjadi cara paling efektif untuk menyebarkannya kepada khalayak luas.

Lebih dari itu, Islam memuliakan orang-orang yang berilmu. Dalam Al-Qur’an disebutkan: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Tampil beda dengan menyuarakan ilmu bukan hanya upaya membangun citra akademik, tapi juga bentuk ibadah dan kontribusi nyata kepada umat. Ini adalah bentuk dakwah intelektual, yang tak kalah penting dari dakwah lisan maupun perbuatan.

Mengunggah pencapaian akademik bukan soal kesombongan, melainkan bentuk keberanian intelektual di tengah arus besar konten yang lebih sering menampilkan gaya hidup, hiburan, dan hiburan visual semata. Ketika media sosial didominasi oleh hal-hal yang kurang bernilai edukatif, justru di situlah ruang kosong yang bisa diisi oleh para pembelajar. Inilah saatnya mahasiswa dan pelajar hadir sebagai suara alternatif; suara yang menyampaikan pengetahuan, pengalaman riset, refleksi akademik, bahkan ide-ide segar yang lahir dari ruang-ruang diskusi ilmiah.

Mereka yang berani tampil beda dengan memperlihatkan proses belajar, kutipan buku yang mencerahkan, bahkan potongan hasil penelitian yang dikemas menarik, sedang menanam jejak kontribusi dalam ekosistem digital yang lebih sehat. Ingat, dunia digital bukan hanya tempat untuk dilihat—tetapi untuk memberi dampak. Mahasiswa bukan hanya pengguna, tapi bisa menjadi pencipta arus. Saat kita mem-posting karya akademik, kita sedang memutus rantai pasifisme digital dan mengajak audiens berpikir, berdiskusi, dan—pada akhirnya—berubah. Maka dari itu, tampilkan ilmu, bukan hanya karena itu milik kita, tapi karena ilmu butuh disuarakan.

Penutup: Dunia Butuh Pembelajar yang Berani Tampil

Di tengah perubahan zaman yang bergerak cepat, dunia tidak lagi hanya membutuhkan lulusan yang cerdas secara akademik, tapi juga pembelajar yang berani menampilkan kecerdasannya ke ruang publik. Ini bukan tentang menjadi terkenal, melainkan tentang menjadi relevan. Ketika seorang mahasiswa mulai menunjukkan karya tulisnya, merekam refleksi belajarnya, atau membagikan pemikiran kritisnya di media sosial atau platform ilmiah, maka ia sedang menunaikan tugas moral sebagai insan akademik—menyebarkan cahaya ilmu.

Ketika seorang mahasiswa berani menunjukkan karya ilmiahnya ke ruang publik, sejatinya ia sedang menunaikan amanah keilmuan yang telah Allah titipkan padanya. Islam mengajarkan bahwa ilmu adalah amanah yang harus ditunaikan, bukan disimpan untuk kepentingan pribadi.

Barang siapa yang ditanya tentang suatu ilmu, lalu ia menyembunyikannya, maka ia akan dikekang dengan kekangan dari api neraka pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi)

Hadis tersebut menegaskan bahwa menyampaikan ilmu adalah bagian dari tanggung jawab moral seorang pembelajar. Dunia digital menjadi salah satu wasilah (media) untuk menunaikan tanggung jawab ini dengan lebih luas dan berdampak.

Mahasiswa hebat bukan hanya yang mendapatkan nilai tinggi, tetapi juga yang berani membuka percakapan ilmiah, menanggapi isu dengan perspektif akademik, serta menginspirasi pembelajar lainnya untuk berkembang. Dunia digital adalah panggung besar, dan pembelajar harus tampil bukan sebagai pengikut tren, tetapi sebagai pemantik arah. Mari ubah cara kita tampil—bukan hanya untuk eksistensi, tapi untuk kontribusi. Karena kelak, bukan wajah kita yang dikenang publik, melainkan karya kita yang berbicara panjang setelah kita diam.

** Agus Salim Salabi, Dosen IAIN Lhokseumawe (Google Scholar - ResearchGate - SINTA)

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Sabtu, 22 Maret 2025

IAIN Lhokseumawe Perkuat Reputasi Akademik: 15 Jurnal Ilmiah Terakreditasi Nasional


Rangkang Belajar | Lhokseumawe, 22 Maret 2025 - Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe kembali menegaskan posisinya sebagai pusat riset unggulan dengan capaian luar biasa dalam akreditasi jurnal ilmiah nasional. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor: 10/C/C3/DT.05.00/2025 tentang Akreditasi Jurnal Ilmiah Periode 1 Tahun 2025, beberapa jurnal yang dikelola oleh Rumah Jurnal IAIN Lhokseumawe berhasil meraih akreditasi dengan peringkat yang sangat membanggakan.

Keberhasilan ini menjadi bukti nyata komitmen IAIN Lhokseumawe dalam mengembangkan penelitian dan publikasi ilmiah yang berkualitas serta relevan dengan kebutuhan akademik nasional. Beberapa jurnal yang mengalami peningkatan peringkat akreditasi di antaranya:
  1. Idarah: Jurnal Pendidikan dan Kependidikan mengalami lonjakan signifikan dengan naik dari peringkat 4 ke peringkat 2.
  2. ITQAN: Jurnal Ilmu-ilmu Kependidikan berhasil meningkatkan akreditasi dari peringkat 5 ke peringkat 3.
  3. Liwaul Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Masyarakat Islam, Al Mabhats: Jurnal Penelitian Sosial Agama, serta Saree: Research in Gender Studies memperoleh akreditasi baru di peringkat 4.
  4. Literatur: Jurnal Bahasa dan Sastra dan AT-TIJARAH: Jurnal Penelitian Keuangan dan Perbankan Syariah memperoleh akreditasi baru di peringkat 5.
  5. J-ISCAN: Journal of Islamic Accounting Research dan Jurnal Ekonomi Syariah, Akuntansi dan Perbankan (JESKaPe) mampu mempertahankan peringkat akreditasi di peringkat 5.
Dengan diterbitkannya keputusan terhadap 9 jurnal di atas, maka IAIN Lhokseumawe kini telah memiliki 15 jurnal ilmiah yang terakreditasi nasional. Capaian ini menjadi indikator unggul yang mencerminkan kualitas akademik dan riset institusi serta semakin memperkuat posisi Rumah Jurnal IAIN Lhokseumawe sebagai pusat publikasi ilmiah yang berdaya saing tinggi.

Rektor IAIN Lhokseumawe, Prof. Dr. Danial, M.Ag., mengungkapkan rasa syukur dan bangga atas pencapaian luar biasa ini. Keberhasilan ini adalah hasil dari kerja keras, dedikasi, dan sinergi tim Rumah Jurnal IAIN Lhokseumawe dalam meningkatkan kualitas publikasi ilmiah. Prof. Danial sangat mengapresiasi upaya yang telah dilakukan oleh seluruh pihak yang terlibat, baik para editor, reviewer, penulis, maupun pengelola jurnal. Semoga capaian ini menjadi pemacu semangat untuk terus berkarya dan berkontribusi bagi dunia akademik.

Dengan capaian ini, IAIN Lhokseumawe semakin mengukuhkan posisinya sebagai institusi pendidikan tinggi yang unggul dalam bidang riset dan publikasi ilmiah. Ke depan, diharapkan lebih banyak jurnal yang mampu meningkatkan peringkat akreditasi dan menjadikan IAIN Lhokseumawe sebagai pusat pengembangan keilmuan yang bereputasi nasional maupun internasional.

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Senin, 10 Maret 2025

Ramadan Bulan Ilmu: Menggali Ilmu dengan Tadarrus Al-Qur’an

Oleh: Buya Mas Rahim Salaby


أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ(البقرة: ١٨٤)

“Hanya dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu di hari-hari yang lain. Dan bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka berpuasa) wajib membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu (dibanding dengan fidyah) jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 184)

Ramadan tidak hanya dikenal sebagai bulan penuh berkah dan ampunan, tetapi juga sebagai syahrut tarbiyah (bulan pendidikan). Selama bulan ini, umat Islam tidak hanya meningkatkan ibadah fisik seperti puasa dan salat tarawih, tetapi juga didorong untuk memperdalam ilmu dan memahami ajaran Islam lebih baik. Sejarah Islam menunjukkan bahwa beberapa peristiwa besar terkait ilmu terjadi di bulan Ramadan, seperti turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad saw. yang menekankan "Iqra" (bacalah), yang merupakan perintah untuk belajar dan mencari ilmu.

Keutamaan Ilmu dalam Islam 
Dalam Al-Qur'an, banyak ayat yang menekankan pentingnya ilmu. Ramadan, sebagai bulan penuh berkah, juga menjadi momentum untuk memperdalam pemahaman terhadap Al-Qur'an. Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang ingin sukses di dunia, hendaklah berilmu. Barang siapa yang ingin sukses di akhirat, hendaklah berilmu. Dan barang siapa yang ingin sukses di keduanya, hendaklah berilmu.” Rasulullah saw. juga bersabda: "Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)

Al-Qur'an membagi ilmu ke dalam tiga tingkatan utama: 1) pengetahuan yang diperoleh dari hasil nalar yang bisa disebut dengan ‘ilmul yaqīn (QS. 102: 5), 2) ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil penglihatan, penelitian, observasi yang disebut dengan ‘ainul yaqīn (QS. 102: 7), dan 3) ilmu yang diperoleh dari pengalaman pribadi yang tumbuh dari intuisi disebut haqqul yaqīn (QS. 69: 51). Di sisi lain, ada kesalahan dalam berpikir yang dapat menghambat pencarian ilmu, yaitu: 1) kesalahan mengambil dalil, 2) kesalahan pengamatan, dan 3) kesalahan intuisi.

Metode dalam Mempelajari Ilmu
Terdapat tiga metode utama dalam memperoleh ilmu: 
  1. Penalaran Deduktif dan Induktif – Mengambil kesimpulan dari hal umum ke khusus atau sebaliknya. Contohnya, dalam ilmu fikih, metode deduktif digunakan untuk menerapkan prinsip umum syariat ke dalam kasus-kasus khusus, seperti hukum jual beli. Sebaliknya, metode induktif digunakan dalam ilmu ushul fiqh dengan mengumpulkan berbagai kasus untuk menemukan prinsip umumnya.
  2. Observasi dan Eksperimen – Ilmu yang didasarkan pada pengalaman nyata dan penelitian. Contohnya, dalam ilmu hadis, semua catatan hadis diperiksa berdasarkan perawi yang meriwayatkannya. Para ulama hadis seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim menggunakan metode kritik sanad untuk memastikan apakah narasumber benar-benar seorang sahabat yang mendengar langsung dari Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, dapat dibedakan mana hadis yang sahih dan mana yang daif.
  3. Studi terhadap Gejala Alam – Memahami ayat-ayat kauniyah yang merupakan tanda kebesaran Allah dalam penciptaan. Misalnya, dalam sains, penelitian tentang air sebagai sumber kehidupan sesuai dengan firman Allah dalam QS. 21: 30: "Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air". Penelitian ilmiah tentang siklus air, hujan, dan ekosistem mendukung kebenaran ayat ini. 
Karenanya, jadikan Ramadan sebagai "bulan pendidikan" (syahru at-tarbiyah), sebagai "Pesantren Kilat" bagi remaja-remaja Islam agar mereka berkesempatan menimba ilmu-ilmu Al-Qur'an.


Pentingnya Tadarrus Al-Qur'an: Lebih dari Sekadar Membaca
Tadarrus Al-Qur’an di bulan Ramadan tidak boleh hanya sebatas membaca, tetapi juga harus mencakup pemahaman dan penerapan. Al-Qur’an mengandung berbagai ilmu yang mencakup berbagai disiplin, di antaranya:
  1. Kosmologi, tentang keajaiban ciptaan Allah: QS. 2: 255, QS. 57: 4-5, QS. 4: 11, 12, QS. 65: 12, QS. 71: 15-16, QS. 23: 17, QS. 7: 54, QS. 13: 2, QS. 13: 15, QS. 50: 38, QS. 10: 5, QS. 6: 97, QS. 71: 15-16.
  2. Astronomi, ilmu pengetahuan mengenai benda-benda langit tentang gerak, pengembangan, dan sifat-sifatnya: QS. 50: 6, QS. 13: 2, QS. 79: 28, QS. 31: 10, QS. 55: 7, QS. 6: 97, QS. 36: 38-40, QS. 10: 5-6, QS. 37: 6, QS. 82: 1-2.
  3. Fisika/Metafisika, ilmu pengetahuan tentang alam yang konkret atau pun yang abstrak. Tentang cahaya: QS. 24: 35, QS. 25: 61, QS. 66: 8, QS. 2: 17, QS. 2: 20. Tentang keajaiban penglihatan: QS. 33: 19, QS. 8: 44, QS. 5: 83, QS. 9: 92. Tentang jarak dengan perhitungn tahun cahaya: QS. 32: 5, QS. 22: 47. Tentang periodisasi alam yang jutaan tahun disebut dengan hari: QS. 32: 4-5, QS. 50: 38. Tentang perubahan perasaan tentang ukuran waktu di akhirat: QS. 2: 259, QS. 23: 112-114, QS. 18: 19. Tentang dimensi mikroskopis dalam waktu: QS. 16: 77, QS. 54: 50, QS. 50: 16, QS. 56: 85, QS. 27: 38-40. Tentang bayang-bayang: QS. 16: 48, QS. 25: 45, QS. 13: 15, 35. Tentang panas, pelajari: QS. 56: 71-73, QS. 20: 10, QS. 36: 80, QS. 27: 7, QS. 35: 21. Tentang listrik: QS. 2: 19,20, QS. 13: 12,13. Tentang suara: QS. 18: 26, QS. 34: 50. Tentang makhluk yang berasal dari api: QS. 15: 27, QS. 55: 15.
  4. Ilmu Hitung/Matematika: QS. 18: 11, 12, 19, 22, QS. 19: 84, QS. 4: 7, 11, 12, 176.
  5. Sejarah/Anthropologi: QS. 7: 100-102, QS. 3: 137, QS. 6: 6, QS. 9: 70, QS. 14: 9, QS.  25: 37-38, QS. 4: 1, QS. 30: 22. 
  6. Geografi/Geologi: QS. 27: 61, QS. 16: 15, QS. 50: 7-11, QS. 27: 61, QS. 79: 30-33, QS. 16: 15, QS. 51: 48, QS. 71: 19, 20.
  7. Biologi:  QS. 27: 60, QS. 16: 10, QS. 6: 99, QS. 35: 28, QS. 36: 71-72.
  8. Embriologi:  QS. 23: 12-14, QS. 35: 11, QS. 56: 57-65, QS. 71: 14, QS. 86: 6-7.
  9. Zoologi: QS. 24: 45, QS. 53: 45-46, QS. 6: 142-144, QS. 16: 5-9, 66, QS. 67: 19.
  10. Kelautan/Pelayaran: QS. 16: 4, QS. 10: 22, QS. 22: 65, QS. 30: 46.
  11. Mineralogi: QS. 34: 11, QS. 57: 25, QS. 76: 15-16, QS. 55: 58-59, QS. 9: 34. 
  12. Pertanian: QS. 20: 53, QS. 6: 99, QS. 22: 5, QS. 6: 141, QS. 16: 10-11, QS. 13: 4, QS. 22: 5, QS. 26: 7-8.
  13. Ekonomi/Perdagangan: QS. 28: 77, QS. 2: 198, 261, 265, QS. 24: 37, QS. 62: 10, QS. 67: 15, QS. 71: 19-20.
  14. Arkeologi: QS. 7: 74, QS. 22: 45, QS. 26: 128-138, QS. 27: 51, 52, QS. 32: 26,  40: 82. 
  15. Sosiologi: QS.4: 1, QS. 7: 189, QS. 49: 13.
  16. Seksiologi/Perkawinan: QS. 2: 223, 231, QS. 5: 5, QS. 4: 3, 25, 34, 128, 129, QS. 30: 21.
  17. Kimia: QS. 15: 19, QS. 41: 11, QS. 51: 49, QS. 36: 36, 24: 43. 
Sebagai contoh konkret, dalam QS. Al-Mu’minun: 12-14, Allah menjelaskan secara detail tahapan penciptaan manusia dalam rahim ibu, yang kini telah terbukti secara ilmiah dalam embriologi modern. Ini menunjukkan bahwa Islam telah memberikan pengetahuan jauh sebelum sains Barat menemukannya.
Pendidikan di Bulan Ramadan: Tidak Perlu Libur
Sering kali, sekolah dan madrasah diliburkan selama bulan Ramadan. Padahal, justru di bulan ini seharusnya pendidikan semakin ditingkatkan. Beberapa negara, seperti Mesir, Turki, dan Arab Saudi, tetap menjalankan kegiatan belajar-mengajar selama Ramadan, bahkan dengan kurikulum khusus yang menyesuaikan dengan keistimewaan bulan ini.

Tidak seharusnya belajar formal di sekolah/madrasah dan perguruan tinggi harus diliburkan. Bukankah ṭalabul ‘ilmi farīḍah ‘alā kulli muslimin wa muslimah (menuntut ilmu itu wajib bagi muslim dan muslimat)?, dan bukankah setiap amal kebaikan di bulan Ramadan akan mendapat ganjaran berlipat ganda?

Selain itu, dalam sejarah Islam, para ulama terdahulu memanfaatkan Ramadan sebagai waktu untuk belajar dan menulis kitab-kitab ilmiah. Imam Asy-Syafi’i, misalnya, dalam bulan Ramadan mampu mengkhatamkan Al-Qur’an puluhan kali, sekaligus tetap menulis dan mengajarkan ilmunya.

Kesimpulan
Dari ayat-ayat yang tertera tentang berbagai macam ilmu pengetahuan yang dititipkan Allah melalui Al-Qur’an, mari kita mengisi waktu pada bulan Ramadan ini dengan banyak bertadarrus. Tadarrusul Qur’ān yang dimaksud bukan sekadar membacanya (qirā’ah atau tilāwah) saja sehingga ayat-ayat Allah tetap melangit (meskipun diketahui, bahwa setiap huruf yang dibaca akan diganjar sepuluh kebaikan). Sudah saatnya, kita memaknai tadarusul Qur’ān sebagai kegiatan belajar/mengkaji, menelaah, dan mendiskusikan ayat-ayat Allah yang agung sehingga ayat-ayat Allah dapat diimplementasikan dalam kehidupan (dibumikan). 

Ramadan adalah bulan penuh berkah yang tidak hanya menjadi waktu untuk meningkatkan ibadah, tetapi juga menjadi bulan pendidikan dan pencarian ilmu. Dengan meneladani para ulama dan memanfaatkan Ramadan sebagai bulan ilmu, umat Islam dapat meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam secara lebih baik.

Wallahu a'lam
Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Sabtu, 08 Maret 2025

Pengajian Zahratul Jannah Firya Lientas Gelar Jumat Berkah dengan Berbagi Takjil dan Santunan


Lhokseumawe – Kegiatan berbagi kebaikan terus digalakkan oleh kelompok pengajian ibu-ibu "Zahratul Jannah"  dari Komplek Perumahan Firya Lientas Alue Awe Muara Dua Lhokseumawe. Pada Jumat (09/03/2025), mereka kembali mengadakan kegiatan rutin "Jumat Berkah Ramadan" dengan berbagai bentuk kepedulian sosial bagi masyarakat.

Kegiatan diawali dengan pemberian takjil ke Masjid Raudhatul Jannah Alue Awe. Setelah itu, anggota pengajian melanjutkan aksi berbagi takjil utnuk berbuka bagi para pengguna jalan yang melintas di Jalan Lintas Provinsi Medan-Banda Aceh, tepatnya di depan Rumah Sakit Cut Meutia, Lhokseumawe. Takjil dan sedekah lainnya yang dibagikan merupakan hasil sumbangan dari para jamaah pengajian, yang kemudian disalurkan oleh perwakilan anggota, yakni Ibu Ani (Ketua Pengajian), Ibu Dewi (Bendahara), dan Ibu Yanti (Anggota).

Selain berbagi takjil, kegiatan Jumat Berkah di bulan Ramadan kali ini juga mencakup pemberian paket sembako kepada masyarakat yang membutuhkan serta santunan bagi anak yatim. Program ini menjadi agenda rutin yang terus dikembangkan oleh kelompok pengajian Zahratul Jannah sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama dan upaya menanamkan nilai-nilai sosial dalam kehidupan sehari-hari.


"Alhamdulillah, setiap pekan kami berusaha untuk terus berbagi. Kegiatan ini diharapkan bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk peduli terhadap lingkungan sekitar dan berbagi rezeki dengan sesama," ujar Ibu Ani selaku Ketua Pengajian.

Kegiatan sosial seperti ini mendapat sambutan positif dari masyarakat sekitar. Banyak penerima manfaat yang merasa terbantu dengan adanya inisiatif berbagi dari komunitas pengajian ini. Semangat gotong royong dan kepedulian sosial yang ditunjukkan oleh ibu-ibu pengajian Zahratul Jannah patut menjadi contoh dalam menumbuhkan rasa kebersamaan dan solidaritas di tengah masyarakat.

Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan semangat berbagi dan kepedulian terhadap sesama terus tumbuh dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Semoga Jumat Berkah yang diinisiasi oleh kelompok pengajian Zahratul Jannah semakin berkembang dan dapat menginspirasi komunitas lainnya untuk melakukan hal serupa. (Admin)

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Sabtu, 01 Maret 2025

Marhaban Ya Ramadan

Oleh: Salabi, A. S.


Terlepas dari adanya perbedaan mengawali puasa Ramadan bagi umat Islam Indonesia, sepatutnya kita menyambut ṣiyām dengan suka cita. Menyambut dengan gembira penuh rasa syukur akan datangnya bulan Ramadan adalah dengan men-tarḥīb Ramadan yang biasanya diucapkan dengan: "Marhaban Ya Ramadan".

Kata tarḥīb dalam bahasa Arab berasal dari kata raḥḥaba, yuraḥḥibu, tarḥīban yang berarti 'melapangkan dada', 'menyambut dengan mesra’, ‘senang hati dan suka cita.' Dalam konteks ini, tarḥīb adalah menyambut bahagia atas datangnya bulan suci Ramadan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, marhaban mempunyai arti "selamat datang", di mana marhaban diucapkan kepada tamu untuk menggambarkan, bahwa tamu disambut dengan hati lapang penuh kegembiraan. Ra-ḥa-ba juga dapat berarti tempat perhentian musafir untuk memperbaiki kendaraan dan mengambil bekal perjalanan. Dari kedua makna tersebut dapat disimpulkan, kata marhaban mengandung nilai, bahwa bulan Ramadan adalah tamu agung yang disambut dengan kegembiraan dan lapang dada didasarkan oleh kesadaran bahwa melalui bulan ini kita dapat memperbaiki kesalahan sikap serta mengambil bekal perjalanan menuju akhirat dengan memperbanyak kesalehan.

Rasulullah saw. men-tarḥīb Ramadan, bahkan dua bulan sebelumnya. Sebagaimana diriwayatkan Anas bin Malik ra., ketika memasuki bulan Rajab Nabi saw. berdoa, Beliau bersabda:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

"Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Syakban, dan sampaikanlah umur kami di bulan Ramadan." (HR. Imam Ahmad dan Ath-Thabrani).

Hal ini menjadi penting guna menanamkan kerinduan kita kepada Ramadan sekaligus sebagai upaya persiapan mental, spiritual, dan intelektual. Tanpa persiapan mental, spiritual, dan intelektual, puasa Ramadan hanya akan menjadi kegiatan ritual keagamaan tahunan tanpa makna, sebagaimana sabda Nabi saw.:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إلَّا الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إلَّا السَّهَرُ

"Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar dan haus saja. Berapa banyak orang yang bangun malam (Qiyām Ramadān), tidak mendapat pahala kecuali hanya begadang/bangun malam" (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Mājah). 

Dengan persiapan dan bekal yang maksimal disertai dengan hati yang gembira, akan mampu meraih sukses Ramadan secara optimal. Untuk itu, Rasulullah saw. mengkondisikan umatnya agar gembira menyambut Ramadan dengan menyampaikan keutamaan-keutamaannya, di mana Nabi saw. pernah bersabda:

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

"Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan seribu bulan. Barangsiapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi (mendapatkan kebaikan di waktu lain)" (HR. Ahmad, no. 8979 dan An-Nasai, no. 2106 dan dishahihkan Syekh Albani dalam Shahih At-Targhib, IV/129).

Imam Ibnu Rajab Al-Hambali mengomentari hadis ini dengan mengatakan: "Sebagian ulama berkata, bahwa hadis ini adalah dasar pijakan mengucapkan tahni’ah (ucapan selamat) dengan datangnya bulan Ramadan" (Lathaif Al-Ma'arif, I/490) dan saling mendoakan, seperti dengan mengucapkan: "Ramadan Mubārak atau Ramadan Karīm, semoga Allah menerima amal ibadah kita" dan yang sejenisnya.

Saat perintah puasa diturunkan (al-Baqarah: 183), hal pertama yang disampaikan Nabi saw. kepada para sahabat kala itu yang berlanjut sampai kepada kita saat ini, bahwa di dalam bulan Ramadan banyak keutamaan. Hal tersebut yang menjadikan puasa kita menjadi spesial dibanding puasa-puasa yang dilakukan orang-orang sebelum kita atau kaum lainnya. Kata aṣ-ṣiyām disebutkan sembilan kali di dalam Al-Qur’an yang memiliki arti spesifik (ada aturan, ada ketentuan yang harus diikuti). Di dalam pelaksanaan aṣ-ṣiyām yang istimewa ini terkandung hal-hal berikut:
  1. Aṣ-ṣiyāmu junnah (puasa adalah perisai) yang mampu membentengi kita dari setan. Jika puasa dilakukan dengan benar, maka akan berdampak pada terjauhnya ṣāim (orang yang berpuasa) dari godaan setan. Sehingga ia terdorong untuk melakukan amal yang saleh dan menahan diri dari amal yang salah. Kalau datang Ramadan, maka bagi “orang-orang yang berpuasa dengan benar” akan mendapatkan fadilahnya, yaitu: a) dibukakan pintu-pintu surga, b) pintu-pintu neraka ditutup, dan c) setan dibelenggu.
  2. Aṣ-ṣiyāmu lī, wa ana ajzī bihi (Allah langsung memberikan takaran pahalanya). Setiap kebaikan yang berpotensi mendatangkan pahala dilipatgandakan Allah dalam bulan Ramadan minimal sepuluh kali lipat.
  3. Hanya Ramadan yang siang dan malamnya penuh ampunan Allah. Kapan pun setiap muslim bisa meminta ampunan Allah, namun ada waktu-waktu yang strategis (seperti, 1/3 malam, di antara azan dan iqamah, dll.) dan tempat-tempat yang efektif (seperti: mihrab, masjid, dll.), yang mana setiap doa seorang muslim sangat cepat dikabulkan. Dan Ramadan menggabungkan kedua dimensi tersebut (siang dan malamnya).
Begitu agungnya bulan Ramadan sehingga banyak ungkapan-ungkapan yang mampu merepresentasikan rasa kegembiraan dan kerinduan dalam menyambutnya. Termasuk ungkapan di dalam beberapa bait lirik lagu-lagu yang indah menggugah jiwa berikut:

“Kumenantimu saban waktu, bangkit jiwaku. Kau suluh hatiku dengan sinar kudus kasihmu. Kuharapkan terus bersamamu, selamanya. Ramadan... Ramadan... Ramadan di hati”
Ramadan... Ramadan kumohon usah pergi” (Maher zain, http://smarturl.it/MaherZainChannel).

“Ramadan datang alam pun riang menyambut bulan yang berkah. Umat berdendang kumandang azan pertanda hati yang senang” (Tompi, https://www.youtube.com/watch?v=cgJTpIAzBt0). 

“Ramadan tiba semua bahagia. Tua dan muda bersuka cita. Bulan ampunan, bulan yang berkah, bulan terbebas api neraka. Andaikan saja Ramadan semua bulan yang tiba, bulan yang ada, karena besarnya setiap pahala yang dijanjikan kepada kita” (Opik, https://www.youtube.com/watch?v=pWn1lz4qvH0). 

Lirik yang terdapat di dalam lagu pun bukan sekadar menjadi karya tapi mampu menjadi nasihat, yang menginspirasi dan memiliki nilai tambah bagi yang mendengar. Di dalam musik/nada ada rasa, maka lirik yang sarat dengan nasihat dan hikmah kemudian disampaikan sehingga menyentuh rasa, membuka ruang muhasabah bagi si pendengar untuk merenung mengambil hikmah, akan menjadi berkah dan pahala bagi penciptanya. "Marhaban ya Ramadan". 

Wallāhu a’lam biṣṣawāb

Referensi:
  1. Widya Lisfianti. Arti Marhaban Ya Ramadhan. https://www.tribunnews.com/nasional/2022/03/29/arti-marhaban-ya-ramadhan-lebih-dari-sekedar-selamat-datang.
  2. Ahmad Kusyairi Suhail. Sambut Ramadhan dengan Suka Cita; Marhaban ya Ramadhan. https://news.detik.com/kolom/d-6013010/sambut-ramadhan-dengan-suka-cita-marhaban-ya-ramadhan.
  3. https://www.youtube.com/watch?v=GU59no0BBrw.
  4. http://smarturl.it/MaherZainChannel.
  5. https://www.youtube.com/watch?v=cgJTpIAzBt0.
  6. https://www.youtube.com/watch?v=pWn1lz4qvH0.
Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Sabtu, 11 Januari 2025

Fungsi Iḥtiyāṭ dalam Penyusunan Jadwal Salat Digital

(Ketua Jurusan Ilmu Falak Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe)
 

Pendahuluan 

Jadwal salat adalah kebutuhan primer umat Islam untuk melaksanakan ibadah salat tepat waktu. Mengetahui waktu masuk salat menjadi syarat sahnya ibadah tersebut, dan salat yang dilakukan tanpa memastikan waktunya tidak sah menurut syariat. Salah satu cara praktis untuk mengetahui waktu salat adalah dengan menggunakan jadwal salat yang tersedia. 

Saat ini, terdapat dua jenis jadwal salat yang umum digunakan, yaitu manual dan digital. Jadwal salat manual berupa jadwal salat yang biasanya disusun sepanjang masa, dicetak dan ditempel di dinding masjid, musala, dan tempat ibadah lainnya. Sedangkan jadwal salat digital disusun berbasis pemograman digital kemudian ditampilkan dalam bentuk media digital, baik dalam bentuk aplikasi maupun dalam bentuk media digital lainnya seperti papan media running text dan televisi.   Keduanya memiliki peran penting, tetapi era digital membawa tantangan baru dalam penyusunan jadwal salat, terutama terkait akurasi dan penerapan konsep iḥtiyāṭ (kehati-hatian). 

Jadwal Salat Digital

Di era revolusi industri 4.0, jadwal salat digital semakin marak seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan kemudahan akses data dalam bentuk digital. Jadwal salat digital adalah jadwal waktu salat yang dirancang untuk rentang waktu tertentu, bahkan berlaku sepanjang masa, yang disajikan melalui media digital seperti aplikasi, website, atau perangkat elektronik lainnya. Saat ini, banyak masjid dan musala telah beralih menggunakan jadwal salat digital, meskipun sebagian tetap mempertahankan jadwal manual. 

Penggunaan aplikasi jadwal salat pada smartphone semakin populer di kalangan masyarakat. Dengan aplikasi tersebut, pengguna dapat mengetahui jadwal salat di mana pun berada. Bahkan tanpa aplikasi khusus, jadwal salat dapat diakses dengan mudah melalui mesin pencari seperti Google, cukup dengan mengetikkan lokasi dan waktu yang diinginkan. Kemudahan ini membuat jadwal salat digital menjadi alat yang praktis bagi umat Islam.

Namun, metode penyusunan jadwal salat digital dapat bervariasi tergantung pada kombinasi antara komponen astronomi dan teknologi digital. Sebagian platform menggunakan titik koordinat geografis manual, sementara lainnya mengandalkan titik koordinat perangkat keras yang diperoleh melalui aplikasi seperti Google Maps. Perbedaan ini dapat menyebabkan variasi jadwal salat, meskipun berada di wilayah yang sama, karena faktor koordinat memengaruhi akurasi hasil perhitungan.

Selain itu, jadwal salat digital juga berbeda dalam metode pengaturan waktu. Ada yang menggunakan jam manual, dan ada pula yang otomatis terhubung dengan internet atau sistem Global Positioning System (GPS). Perbedaan hasil jadwal salat sering kali dipengaruhi oleh penerapan konsep iḥtiyāṭ. Beberapa platform tidak secara otomatis menambahkan nilai iḥtiyāṭ, sehingga pengguna perlu menyesuaikannya secara manual. Sebaliknya, ada juga platform yang sudah menerapkan nilai iḥtiyāṭ sebesar dua menit sebagai standar.

Variasi dalam metode penyusunan ini dapat terlihat pada hasil akhir jadwal salat yang ditampilkan. Ketika beberapa jadwal salat digital dibandingkan, perbedaan waktu biasanya hanya berkisar antara satu hingga dua menit. Hal ini menuntut pengguna untuk lebih berhati-hati dalam memilih dan menggunakan jadwal salat digital agar sesuai dengan kebutuhan dan standar yang berlaku. 

Iḥtiyāṭ dalam Penyusunan Jadwal Salat

Konsep iḥtiyāṭ tidak dapat diabaikan dalam penyusunan jadwal salat, baik manual maupun digital. Iḥtiyāṭ berfungsi sebagai pengaman dan penentu radius pemberlakuan jadwal salat. Setiap jadwal salat disusun berdasarkan titik koordinat tertentu dan diberlakukan dalam radius tertentu yang ditentukan oleh nilai iḥtiyāṭ yang digunakan. Secara sederhana, iḥtiyāṭ adalah tindakan menambahkan atau mengurangi beberapa menit dari hasil perhitungan waktu salat untuk memastikan keakuratan waktu. Dalam buku Saku Hisab Rukyat yang diterbitkan oleh Kementerian Agama, dijelaskan bahwa nilai iḥtiyāṭ dilakukan setelah pembulatan detik menjadi satu menit, lalu ditambahkan: untuk salat Zuhur 3 menit, dan untuk salat Asar, Magrib, Isya, serta Subuh 2 menit. 

Khusus untuk Zuhur, nilai iḥtiyāṭ tiga menit mencakup satu menit untuk pergeseran pusat piringan matahari dari garis kulminasi ke zawal, sehingga nilai dua menit berlaku seragam untuk semua waktu salat lainnya. Sebagai contoh, jika waktu Zuhur di Lhokseumawe berdasarkan perhitungan adalah pukul 12.30.27 WIB, maka setelah pembulatan detik dan penambahan iḥtiyāṭ, waktu tersebut menjadi pukul 12.34 WIB. Begitu pula dengan Magrib, yang misalnya pukul 18.30.27 WIB, akan menjadi pukul 18.33 WIB setelah pembulatan dan penambahan iḥtiyāṭ.

Tujuan utama dari pemberian nilai iḥtiyāṭ ada dua hal: 1) Pengamanan: agar hasil perhitungan dapat digunakan dalam jangka waktu lama meskipun terjadi perubahan data astronomis, seperti deklinasi matahari dan equation of time, dalam siklus empat tahun. 2) Radius pemberlakuan, di mana nilai iḥtiyāṭ menentukan seberapa luas jadwal salat berlaku di wilayah sekitar titik koordinat perhitungan.

Sebagai ilustrasi, jika jadwal salat disusun berdasarkan Masjid Islamic Center Kota Lhokseumawe, maka nilai iḥtiyāṭ dua menit memungkinkan jadwal tersebut berlaku dalam radius 54 kilometer. Namun, sebagian dari nilai ini digunakan untuk pengamanan, sehingga radius efektifnya adalah sekitar 50 kilometer.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Penggunaan iḥtiyāṭ dalam penyusunan jadwal salat, baik manual maupun digital, sangat penting untuk memastikan akurasi dan keamanan waktu ibadah. Berikut adalah beberapa rekomendasi:

  1. Pilih platform terpercaya: Gunakan aplikasi jadwal salat yang sudah menerapkan nilai iḥtiyāṭ, seperti aplikasi resmi Kementerian Agama.
  2. Konsultasikan dengan ahli falak: Untuk keperluan publik seperti masjid atau siaran radio, pastikan jadwal salat digital disusun berdasarkan standar yang berlaku.
  3. Pahami konsep iḥtiyāṭ: Masyarakat perlu memahami pentingnya tambahan waktu ini untuk memastikan ibadah yang sesuai syariat.

Dengan memahami dan menerapkan konsep iḥtiyāṭ, umat Islam dapat lebih yakin dan aman dalam menggunakan jadwal salat digital serta memanfaatkan teknologi secara optimal untuk mendukung pelaksanaan ibadah.


Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Jumat, 15 November 2024

Dosen IAIN Lhokseumawe Curi Perhatian Dunia di Konferensi Internasional India

Rangkang Belajar | Lhokseumawe, 15 November 2024 – IAIN Lhokseumawe kembali mengharumkan dunia internasional melalui partisipasi Dr. Nurul Fadhillah, M.Hum, dosen sekaligus Sekretaris Program Studi Tadris Bahasa Inggris, dalam serangkaian Konferensi Internasional bergengsi di India. Sebagai Keynote Speaker, Dr. Nurul tampil memukau di tiga kampus terkemuka pada 11-14 November 2024, memperkuat komitmen institusi dalam mengimplementasikan Tridarma Perguruan Tinggi di level internasional.

Perjalanan Dr. Nurul dimulai dengan presentasi bertajuk "Teaching and Learning English: Current Global Perspectives" di EMEA College, Kondotty, Kerala. Momen ini menjadi sejarah tersendiri karena untuk pertama kalinya EMEA College—dikenal sebagai kampus dengan mayoritas dosen dan mahasiswa Muslim—mengundang pembicara dari Indonesia secara langsung. Dr. Nurul memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkenalkan pendekatan baru dalam pembelajaran bahasa Inggris, yang merupakan hasil kolaborasinya dengan Lt. Abdul Rasheed, mantan Kepala EMEA College.

Hari kedua, Dr. Nurul melanjutkan perannya di Christ College (Autonomous) Irinjalakuda dengan topik "ELT Reimagined: Overcoming Challenges, Unlocking Potential." Dalam forum ini, ia berdiskusi dengan tokoh akademik ternama seperti Prof. Dr. Latha Nair R. dan Dr. Anupama P. Kegiatan ini semakin mengukuhkan hubungan erat antara Christ College dan IAIN Lhokseumawe, yang sebelumnya telah terjalin melalui konferensi daring IES2C (Indonesian Education Share to Care).

Hari terakhir, Dr. Nurul tampil di Assumption College, Changanassery, dengan tema "English Language Education in the 21st Century: Overcoming Challenges, Embracing Opportunities." Diskusi ini menyoroti pentingnya pendidikan lintas agama sebagai jembatan moderasi. Bersama pembicara Dr. K.J. Varghese dan Dr. Smita Joseph, ia menegaskan bahwa pendidikan adalah ruang untuk berbagi, bukan membeda-bedakan.


Kegiatan ini didukung penuh oleh Ketua Program Studi Tadris Bahasa Inggris, Dr. Zurriyati, M.Hum, dan Dekan FTIK, Dr. Jumat Barus, M.S., yang melihat peluang besar bagi IAIN Lhokseumawe untuk memperluas jaringan global. “Ini adalah langkah strategis untuk membuka lebih banyak peluang kerjasama internasional, sekaligus memberikan dampak positif bagi mahasiswa dalam mengembangkan kompetensi mereka,” ungkap Dr. Jumat Barus.

Perjalanan Dr. Nurul di India bukan sekadar perjalanan akademik, tetapi juga bukti dedikasi IAIN Lhokseumawe dalam berkontribusi pada pendidikan global. "Dengan semangat kolaborasi, IAIN Lhokseumawe terus menginspirasi dunia untuk menjadikan pendidikan sebagai alat perubahan dan kemajuan. Selain itu, partisipasi ini juga sejalan dengan rencana transformasi IAIN Lhokseumawe menjadi UIN Sultanah Nahrasiyah, yang diharapkan semakin mengukuhkan posisinya dalam peta pendidikan internasional," ungkap Dr. Nurul. (Admin)

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Rabu, 06 November 2024

Study Tour Kelas Sains Unggulan Pesantren Darularafah Raya: Pembelajaran Nyata di IPAM Sunggal dan OIF UMSU


Rangkang Belajar | Madrasah Aliyah Swasta Pesantren Darularafah Raya, Deli Serdang, siap menyelenggarakan kegiatan study tour untuk kelas 5 Sains Unggulan pada Rabu, 6 November 2024. Kegiatan ini bukan sekadar kunjungan, tetapi sebuah upaya untuk memberikan pengalaman belajar yang langsung dan mendalam, membantu para santri melihat bagaimana ilmu sains diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam study tour ini, para santri mengunjungi dua lokasi penting: Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Sunggal dan Observatorium Ilmu Falak (OIF) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Di IPAM Sunggal, para santri akan belajar langsung tentang proses pengelolaan air bersih yang vital bagi kehidupan. Mereka akan melihat bagaimana teknologi dan metode ilmiah diterapkan untuk menjaga kualitas air bersih, memperkenalkan mereka pada konsep penting bahwa sains memiliki peran besar dalam kebutuhan pokok manusia.

Selanjutnya, mereka menuju OIF UMSU untuk memperdalam ilmu astronomi. Di observatorium ini, para santri mempelajari cara kerja teleskop, mengamati benda-benda langit, serta mendapatkan wawasan tentang pentingnya ilmu falak dalam konteks kehidupan, seperti penentuan waktu ibadah dalam Islam. Dengan adanya peralatan canggih di observatorium ini, para santri dapat merasakan pengalaman langsung yang sulit didapat di ruang kelas.

Ustazah Yenni, wali kelas sekaligus pembimbing kegiatan, menyampaikan harapannya bahwa melalui study tour ini, para santri akan mendapatkan wawasan baru tentang penerapan sains dalam dunia nyata, sekaligus menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih besar terhadap ilmu pengetahuan. "Kami ingin mereka bukan hanya tahu teori, tapi juga memahami bagaimana sains bekerja dalam keseharian," ujarnya.

Agar hasil kegiatan ini lebih maksimal, kami akan melakukan lanjutan pembelajaran yang dirancang untuk memperdalam pemahaman para santri setelah study tour, imbuhnya. Pembelajaran lanjutan yang dimaksud, antara lain:  
  1. Refleksi dan Diskusi Kelompok: Sepulang dari study tour, para santri akan mengikuti sesi refleksi bersama untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan baru yang mereka dapatkan. Pembimbing akan memandu diskusi tentang hal-hal yang menarik atau mengesankan, serta bagaimana ilmu tersebut bisa diterapkan dalam kehidupan mereka. Kegiatan ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman santri dan membantu mereka menghubungkan antara teori dan praktik.
  2. Pelatihan Presentasi dan Publikasi: Para santri juga akan diberi kesempatan untuk mempersiapkan presentasi yang akan disampaikan kepada teman-teman di kelas lain. Melalui kegiatan ini, mereka tidak hanya mempraktikkan ilmu sains, tetapi juga mengasah keterampilan komunikasi dan presentasi. Jika memungkinkan, hasil study tour ini bisa dituangkan dalam bentuk artikel atau laporan singkat untuk dipublikasikan di website pesantren atau di media sosial, sehingga pengalaman ini juga bisa menginspirasi santri lainnya.
Melalui pendekatan ini, Pesantren Darularafah Raya menunjukkan komitmennya dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya kaya pengetahuan, tetapi juga mampu melihat nilai praktis sains dalam kehidupan sehari-hari.

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Minggu, 27 Oktober 2024

Temu Kangen Alumni Latas-Al Dyah Galih Agung: "Merajut Kenangan, Membangun Silaturrahmi" di Pesantren Darularafah Raya


Rangkang Belajar | Deli Serdang – Temu kangen alumni ke-9 Latas-Al (Ladies Tāsi’ah Alumnus) Dyah Galih Agung Pesantren Darularafah Raya berlangsung penuh kehangatan pada Sabtu, 26/10/2024, dengan mengusung tema “Merajut Kenangan, Membangun Silaturrahmi.” Acara ini mempertemukan alumni Angkatan ke-9 yang saat ini berada di berbagai daerah, bahkan Stella Nindy, S.Pd. yang menetap di Rheinland-Pfalz - Jerman turut hadir sebagai koordinator dalam kegiatan ini. Temu kangen menjadi ajang mempererat kembali tali persaudaraan dan memberikan penghargaan kepada para pendidik mereka yang telah berjasa dalam membentuk karakter dan ilmu.

Acara diawali dengan pembacaan sejarah singkat Alumni Latas-Al oleh pembawa acara dan pemutaran video kenangan, yang menghadirkan nostalgia masa-masa berharga selama di pesantren. Sambutan disampaikan oleh Pimpinan Pesantren Darularafah Raya, yang mengapresiasi kontribusi para alumni dalam membangun hubungan erat dengan pesantren. Dalam acara ini, alumni Latas-Al juga memberikan cenderamata sebagai simbol penghormatan kepada Pesantren Darul Arafah Raya. Ustaz Dr. H. Harun Lubis, M.Psi, selaku Pimpinan pesantren menerima penghargaan dari Rafni Wahyun, mewakili alumni dengan haru. 

Pesan dan kesan disampaikan oleh Ustaz Ahmad Rifa’i, S.Ag., Kepala Sekolah SMA Alumni Latas-Al, serta Ustaz Mahmud El-Qudri, M.Ag., yang mewakili para guru (asatizah). Ustaz Rifa’i berharap, alumni dapat menjadi teladan di lingkungan masing-masing dan mengaplikasikan ilmu serta pengalaman yang didapatkan di pesantren dalam kehidupan sehari-hari. Sementara Ustaz Mahmud El-Qudri, menyampaikan rasa bangga dan bahagia melihat alumni yang telah berhasil dalam berbagai bidang. Beliau berpesan agar alumni tidak melupakan akar pendidikan mereka dan selalu kembali ke pesantren untuk berbagi pengalaman dan ilmu dengan generasi selanjutnya.

Motivasi inspiratif juga diberikan oleh alumni berprestasi, Hj. Ainal Mardiah, S.Km., dan dr. Hj. Silvia Dwi Asti, S.PM. kepada para dyah kelas IX dan kelas XII. Mereka menekankan pentingnya pendidikan yang telah ditempuh di pesantren sebagai bekal dalam kehidupan bermasyarakat, mendorong Dyah Galih Agung untuk menjadi pribadi mandiri, berdaya saing, dan bermanfaat bagi banyak orang.

Acara temu kangen ini bukan hanya sekadar ajang reuni, tetapi juga menjadi wujud penghargaan alumni terhadap jasa para guru. Semangat kebersamaan dan apresiasi tinggi kepada para pendidik membuat kegiatan ini sangat bermakna, mempererat tali persaudaraan dan silaturrahmi yang tak lekang oleh waktu. (Nindy)

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Selasa, 22 Oktober 2024

PPL sebagai Sarana Pengembangan Diri bagi Calon Pendidik: Pembelajaran dan Refleksi

"Menjadi guru tidak hanya soal transfer ilmu, tetapi juga soal bagaimana kita bisa menjadi teman dan pembimbing bagi siswa"

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang diselenggarakan oleh Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Lhokseumawe sejak 10 Agustus hingga 19 Oktober 2024 merupakan kesempatan emas bagi mahasiswa calon pendidik untuk merasakan dunia pendidikan yang sesungguhnya. Bukan sekadar tugas mengajar, PPL menjadi sarana pengembangan diri yang tak ternilai, mengasah kemampuan pedagogis, pengelolaan kelas, dan memperkuat karakter sebagai pendidik yang efektif. Bagi mahasiswa, terutama yang menekuni ilmu pendidikan, pengalaman ini merupakan salah satu bagian penting dari perjalanan akademik yang akan membentuk mereka menjadi guru yang profesional dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Senin, 12 Agustus, saya, Tazkiatul 'Ulya dari Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI), bersama Ulfi Amalia dari Program Studi Tadris Bahasa Inggris memulai perjalanan PPL kami di salah satu SMA Negeri di wilayah Kota Lhokseumawe. Sekolah tersebut meninggalkan kesan pertama yang begitu asri dan menenangkan. Lingkungannya yang luas dan hijau membawa suasana belajar yang nyaman. Kami diperkenalkan kepada guru pamong yang akan menjadi pembimbing selama masa PPL, dan selanjutnya kami melakukan observasi awal terhadap kondisi sekolah dan para siswanya.

Selama minggu pertama, kami lebih banyak mengamati aktivitas sekolah. Setiap pagi, kami bertugas di meja piket untuk memastikan siswa tetap berada di lingkungan sekolah dan tidak keluar tanpa izin. Tidak banyak interaksi dengan siswa di minggu pertama, namun pengamatan ini memberi kami wawasan penting tentang dinamika kelas dan karakter siswa yang akan kami hadapi.

Memasuki minggu kedua, saya mulai diberikan kesempatan untuk mengajar di beberapa kelas. Perasaan campur aduk antara antusiasme dan gugup terasa saat kami berdiri di depan kelas. Pada pertemuan pertama dengan siswa, saya sedikit terkejut melihat kurangnya perhatian mereka. Ternyata, menarik perhatian siswa tidak semudah yang dibayangkan. Saya mencoba menerapkan berbagai metode pengajaran seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, hingga demonstrasi, dan proyek kelompok. Namun, siswa tampak lebih nyaman dengan metode ceramah dan tanya jawab, yang sering digunakan oleh guru mereka sehari-hari.

Tantangan terbesar yang dihadapi adalah menurunnya minat belajar siswa, terutama di era digital saat ini. Siswa lebih fokus pada gawai mereka daripada materi pelajaran. Selain itu, tuntutan pendidikan semakin tinggi, sementara motivasi belajar siswa semakin menurun. Saya mencoba berbagai cara untuk memotivasi mereka, namun tidak selalu berhasil. Meski begitu, saya tidak menyerah. Pengalaman ini mengajarkan saya pentingnya fleksibilitas dan kesabaran sebagai pendidik.

Salah satu hal yang menyentuh adalah perubahan perilaku siswa terhadap guru. Di era sekarang, sikap hormat kepada pendidik semakin menurun. Tidak jarang saya merasa berbicara di depan kelas tanpa mendapatkan perhatian penuh dari siswa. Untuk mengatasi hal ini, saya sering bertanya secara spontan di tengah penjelasan agar siswa kembali fokus. Interaksi kecil ini membantu menjaga atensi siswa dan mendorong mereka untuk lebih terlibat dalam pembelajaran.

Bagi saya pribadi, pengalaman PPL ini memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga. Setelah bertahun-tahun menjadi mahasiswa, dan sekarang berada di posisi sebagai calon pendidik, saya menyadari betapa pentingnya kesiapan mental dan spiritual seorang guru. Seorang pendidik harus mampu menjaga emosinya, karena perilaku siswa sering kali menjadi cerminan dari kondisi spiritual kita. Ketika seorang guru merasa lelah atau kurang dekat dengan Allah, hal itu bisa tercermin dari interaksi dengan siswa yang menantang kesabaran.

Menjadi guru tidak hanya soal transfer ilmu, tetapi juga soal bagaimana kita bisa menjadi teman dan pembimbing bagi siswa. Guru yang tenang dan penuh kasih akan lebih mudah diterima oleh siswa. Sebaliknya, guru yang mudah emosi akan sulit mendekati hati siswa. Pengalaman ini membuat saya semakin menyadari bahwa menjadi pendidik adalah tugas mulia yang Allah berikan kepada kita. Guru bukan hanya mengajar, tetapi juga mengajak siswa menuju kebaikan dan mencegah mereka dari hal-hal negatif.

Pengalaman ini akan terus menjadi pengingat bagi saya, bahwa setiap tantangan yang dihadapi sebagai pendidik adalah bentuk ujian dan teguran dari Allah. Sebagai seorang calon guru, penting bagi kita untuk selalu memperbaiki hubungan dengan Allah, karena hanya dengan hati yang tenang kita bisa menjalankan tugas ini dengan ikhlas. Semoga refleksi dari pengalaman PPL ini dapat menjadi pelajaran bagi mahasiswa lain yang akan menjalankan PPL di masa mendatang. Kesiapan akademik, mental, dan spiritual sangat penting agar kita bisa menjadi pendidik yang tidak hanya berhasil di kelas, tetapi juga menjadi inspirasi bagi siswa-siswa kita.

**Esai ini ditulis oleh Tazkiatul 'Ulya, mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Lhokseumawe

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Senin, 14 Oktober 2024

Analisis SWOT pada Lembaga Pendidikan Islam: Penerapan Analisis SWOT di Madrasah dan Pesantren

Pengertian Analisis SWOT untuk Lembaga Pendidikan Islam
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah metode evaluasi strategis yang digunakan untuk menilai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan suatu lembaga. Dalam konteks lembaga pendidikan Islam seperti madrasah atau pesantren, analisis SWOT berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi dan merumuskan strategi pengembangan berdasarkan kekuatan (Strengths) yang dimiliki, kelemahan (Weaknesses) yang harus diperbaiki, peluang (Opportunities) yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan eksternal, dan ancaman (Threats) yang perlu diantisipasi.

Metode ini membantu lembaga pendidikan untuk memahami posisi mereka dalam lingkungan pendidikan yang dinamis dan menentukan langkah-langkah strategis untuk memperkuat keunggulan kompetitif. Dengan melakukan analisis SWOT, madrasah atau pesantren dapat menyusun kebijakan yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan, memperbaiki manajemen, memanfaatkan sumber daya, dan merespons perubahan eksternal yang dapat memengaruhi keberlanjutan lembaga. Analisis SWOT juga berperan penting dalam membantu lembaga merancang inovasi yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan Islam kontemporer dan meningkatkan daya saing di tingkat lokal maupun global.

Penerapan Analisis SWOT di Madrasah atau Pesantren
1. Strengths (Kekuatan)
Kekuatan dalam analisis SWOT bagi lembaga pendidikan mencakup aspek internal yang berfungsi dengan baik dan menjadi keunggulan dibandingkan lembaga lain. Untuk madrasah dan pesantren, kekuatan ini bisa meliputi reputasi baik dalam pendidikan agama, kedisiplinan siswa, hubungan erat antara guru dan santri, atau fasilitas yang memadai.

Contoh Kekuatan di Pesantren:
  • Kurikulum terintegrasi: Pesantren memiliki kekuatan dalam mengintegrasikan pendidikan agama dan umum, di mana siswa tidak hanya dibekali ilmu agama tetapi juga pengetahuan umum yang relevan.
  • Kedisiplinan dan pembinaan karakter: Budaya kedisiplinan yang kuat, yang diterapkan melalui aturan-aturan khas pesantren, membantu membentuk kepribadian santri yang tangguh dan berakhlak baik.
  • Alumni sukses: Pesantren memiliki jaringan alumni yang kuat dan berprestasi, yang meningkatkan citra lembaga di mata masyarakat.

2. Weaknesses (Kelemahan)
Kelemahan dalam analisis SWOT untuk lembaga pendidikan mengacu pada aspek internal yang menghambat performa. Misalnya, kekurangan fasilitas, keterbatasan tenaga pengajar yang berkualitas, atau kurikulum yang kurang mengikuti perkembangan zaman bisa menjadi kelemahan di madrasah dan pesantren.

Contoh Kelemahan di Madrasah:
  • Keterbatasan fasilitas teknologi: Banyak madrasah, khususnya di daerah terpencil, masih minim akses terhadap teknologi pendidikan seperti komputer, proyektor, atau internet, sehingga metode pengajaran masih tradisional.
  • Pengembangan kompetensi guru: Beberapa guru belum mendapatkan pelatihan yang cukup untuk mengintegrasikan teknologi dan pendekatan modern dalam pembelajaran, terutama dalam mata pelajaran umum.

3. Opportunities (Peluang)
Peluang adalah faktor eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh madrasah atau pesantren untuk meningkatkan kualitas dan daya saingnya. Peluang ini bisa berasal dari perubahan kebijakan pemerintah, tren pendidikan global, atau adanya dukungan dari masyarakat dan organisasi internasional.

Contoh Peluang di Pesantren:
  • Kerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi: Pesantren dapat menjalin kerja sama dengan universitas untuk memberikan jalur pendidikan lanjutan bagi santri, atau mendatangkan dosen tamu untuk memberikan materi tambahan yang memperluas wawasan santri.
  • Penerapan teknologi dalam pembelajaran: Dengan adanya kemajuan teknologi dan akses internet yang semakin luas, pesantren dapat mulai mengadopsi e-learning atau blended learning untuk meningkatkan kualitas pengajaran.
  • Dukungan pemerintah: Adanya program-program bantuan dari pemerintah, seperti Dana BOM (Bantuan Operasional Madrasah), dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan fasilitas pendidikan di madrasah dan pesantren.

4. Threats (Ancaman)
Ancaman adalah faktor eksternal yang dapat mengganggu keberlangsungan atau perkembangan madrasah dan pesantren. Ancaman ini sering kali berasal dari perubahan di luar kendali lembaga, seperti persaingan dengan sekolah lain, pergeseran nilai di masyarakat, atau perubahan regulasi pendidikan.

Contoh Ancaman di Madrasah:
  • Persaingan dengan sekolah umum: Madrasah mungkin menghadapi persaingan ketat dari sekolah umum yang menawarkan fasilitas lebih lengkap dan tenaga pengajar yang lebih terlatih dalam mata pelajaran umum.
  • Perubahan kebijakan kurikulum: Kebijakan pendidikan yang berubah, terutama yang lebih menekankan pendidikan umum dibandingkan agama, dapat mempengaruhi daya tarik madrasah di mata masyarakat yang menginginkan keseimbangan pendidikan agama dan umum.
  • Pengaruh budaya luar: Pesantren juga menghadapi ancaman dari derasnya pengaruh budaya luar melalui media sosial, yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan di pesantren.

Contoh Analisis SWOT di Pesantren

Mengapa Analisis SWOT Penting untuk Lembaga Pendidikan Islam?
1. Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Dengan melakukan analisis SWOT, madrasah dan pesantren dapat memahami kekuatan internal mereka dan memanfaatkannya untuk memperbaiki kelemahan yang ada, misalnya dengan memaksimalkan sumber daya yang sudah ada untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Mengidentifikasi Peluang untuk Berkembang
Analisis SWOT membantu lembaga pendidikan menemukan peluang untuk pertumbuhan, seperti memanfaatkan program pemerintah, menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan lain, atau mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran.
3. Mengelola Risiko dan Ancaman
Ancaman eksternal seperti persaingan atau perubahan regulasi bisa diantisipasi lebih awal melalui analisis SWOT. Dengan memahami ancaman yang mungkin dihadapi, lembaga dapat membuat strategi untuk menghadapinya, seperti memperbaiki kualitas layanan atau memperkuat keunggulan kompetitif mereka dalam bidang agama.

Dengan menggunakan analisis SWOT secara strategis, madrasah dan pesantren dapat lebih siap untuk bersaing di era modern dan terus mengembangkan peran penting mereka dalam pembentukan generasi yang berakhlak dan berpengetahuan luas.

Daftar Bacaan:
  1. David, Fred R. (2011). Strategic Management: Concepts and Cases. 13th Edition. Prentice Hall.
  2. Frandani, M., Tamam, A. M., & Ahmad, A. (2024). Internal Quality Management Model in Islamic Boarding School-Based Madrasah. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama, 16(1), 219-240. https://doi.org/10.37680/qalamuna.v16i1.4760.
  3. Gürel, Emet & Tat, Merba. (2017). SWOT Analysis: A Theoretical Review. Journal of International Social Research, 10(51), 994-1006. http://dx.doi.org/10.17719/jisr.2017.1832.
  4. Hadi, A. (2013). Konsep Analisis SWOT dalam Peningkatan Mutu Lembaga Madrasah. Jurnal Ilmiah Didaktika, 14(1), 143-158. http://dx.doi.org/10.22373/jid.v14i1.494.
  5. Hazzan, O., Heyd-Metzuyanim, E., Even-Zahav, A., Tal, T., & Dori, Y. J. (2017). Application of Management Theories for STEM Education: The Case of SWOT Analysis. Springer.
  6. Kottler, Jeffrey A. & Zehm, Stanley J. (2005). On Being a Teacher: The Human Dimension. Corwin Press.
  7. Sari, R. F. (2017). Optimalisasi Lembaga Pendidikan Islam Melalui Manajemen Strategik Analisis SWOT. Hijri: Jurnal Manajemen Pendidikan dan Keislaman, 6(2), 95-113. https://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/hijri/article/view/1142.
  8. Suryosubroto, B. (2022). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Dirangkum oleh: Salabi, A. S.

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Ikuti Channel YouTube

Connect